PURBALINGGA, republikajateng.com – Matahari baru naik ketika sekelompok warga dan prajurit TNI mulai menyiapkan alat kerja di pinggir sawah Desa Kradenan, Kecamatan Mrebet. Suara sekop menghantam tanah bergema di antara tawa kecil dan sapaan hangat. Hari itu, bukan sekadar proyek dimulai—tapi harapan lama warga Kradenan mulai digarap bersama.
Melalui TMMD Sengkuyung Tahap IV Tahun 2025, Kodim 0702/Purbalingga menggandeng masyarakat untuk membangun jalan baru sepanjang 144 meter. Jalur sederhana yang menghubungkan kawasan pertanian dengan pemukiman ini diharapkan bisa jadi urat nadi ekonomi desa. “Selama ini kalau hujan, motor bisa tergelincir. Nanti kalau jalan jadi, kami bisa bawa hasil panen tanpa takut nyangkut lumpur,” kata Siti, warga Kradenan, sambil menepuk-nepuk sarung tangannya yang berdebu.
Kapten CPL Bangun Widodo, perwira yang memimpin pelaksanaan TMMD, tampak berbaur dengan warga tanpa jarak. “TMMD ini bukan hanya tentang beton dan jalan. Kami ingin bangun semangat. Masyarakat yang punya tenaga, kami punya alat—kalau disatukan, hasilnya bukan cuma proyek, tapi kebanggaan bersama,” ujarnya.
Tak hanya pembangunan fisik, TMMD juga menyentuh sisi sosial. Ada penyuluhan tentang kesehatan, pelatihan usaha kecil, hingga edukasi kebencanaan. Semua diarahkan agar warga tak hanya punya infrastruktur, tapi juga pengetahuan untuk mengelolanya.
Wakil Bupati Purbalingga, Dimas Prasetyahani, S.E., M.M., yang memimpin upacara pembukaan di Pendopo Dipokusumo, menyebut program ini sebagai “ruang kolaborasi paling manusiawi” antara pemerintah, TNI, dan rakyat. “Di sinilah semangat gotong royong masih hidup, dan dari sinilah kemajuan desa bisa lahir,” ucapnya.
Ketika senja tiba, tanah di Kradenan masih bergeming. Tapi di mata warga yang menatap hasil kerja hari itu, sudah tumbuh keyakinan baru: jalan ini bukan sekadar lintasan kendaraan, melainkan simbol bahwa perubahan bisa dimulai dari genggaman tangan sendiri.
(SF)