Awal abad ke-20 menjadi masa di mana dunia mulai berdenyut dengan perubahan besar. Munculnya nasionalisme, persaingan imperialisme, dan perlombaan senjata membentuk lanskap geopolitik yang tegang. Semua itu memuncak pada 28 Juni 1914, saat pewaris takhta Austria-Hongaria, Franz Ferdinand, dibunuh di Sarajevo. Peristiwa ini menjadi pemantik salah satu konflik terbesar dalam sejarah manusia: Perang Dunia I (PD I).
Akar Konflik: Ketegangan yang Mengakar
Banyak yang bilang pembunuhan Franz Ferdinand jadi pemicu langsung Perang Dunia I. Tapi sebenarnya, konflik ini udah lama disulut oleh berbagai faktor di balik layar. Nah, berikut beberapa penyebab utamanya:
- Aliansi Politik dan Militer: Negara-negara besar membentuk dua kubu utama. Triple Entente terdiri dari Inggris, Prancis, dan Rusia. Sedangkan Triple Alliance berisi Jerman, Austria-Hongaria, dan Italia (meskipun Italia kemudian berubah haluan).
- Nasionalisme yang Berkobar: Di Balkan, nasionalisme Slavia yang kuat memicu konflik etnis dan ketegangan terhadap kekuasaan Austria-Hongaria.
- Imperialisme Global: Negara-negara Eropa bersaing memperebutkan wilayah di Asia dan Afrika, menambah ketegangan di antara kekuatan besar.
- Perlombaan Senjata: Revolusi industri memungkinkan produksi senjata secara masif.
1914: Tahun Pecahnya Perang
Setelah pembunuhan Franz Ferdinand, Austria-Hongaria mengeluarkan ultimatum kepada Serbia. Serbia menolak sebagian tuntutan, dan Austria pun menyatakan perang pada 28 Juli 1914. Dalam waktu kurang dari dua minggu, hampir seluruh Eropa terjerat dalam perang:
- Jerman menyatakan perang terhadap Rusia dan Prancis.
- Inggris menyatakan perang terhadap Jerman setelah pelanggaran terhadap netralitas Belgia.
Hanya dalam hitungan minggu, negara-negara besar mengerahkan jutaan pasukan ke medan perang. Dunia tercengang melihat awal dari apa yang kelak disebut sebagai “perang besar” — The Great War.
Perang Parit di Eropa Barat
Salah satu ciri khas Perang Dunia I adalah perang parit. Di Front Barat — yang terbentang dari Laut Utara hingga Swiss — pasukan menggali parit sepanjang ratusan kilometer. Kondisi di parit sangat mengerikan: penuh lumpur, penyakit, tikus, dan ketegangan psikologis luar biasa.
Pertempuran besar seperti Pertempuran Somme (1916) dan Verdun (1916) memakan korban jiwa yang sangat besar, tetapi hanya menghasilkan sedikit kemajuan strategis.
Front Timur dan Perang Global
Di Front Timur, Rusia berhadapan dengan Jerman dan Austria-Hongaria. Kekalahan Rusia dalam berbagai pertempuran memicu krisis internal yang berujung pada Revolusi Bolshevik (1917) dan penarikan Rusia dari perang.
Perang juga menyebar ke luar Eropa:
- Di Timur Tengah, Inggris dan sekutunya bertempur melawan Kesultanan Utsmaniyah.
- Di Asia dan Afrika, koloni-koloni menjadi ajang pertempuran dan perebutan pengaruh.
Amerika Serikat Masuk Perang
Awalnya netral, Amerika Serikat akhirnya masuk perang pada April 1917. Faktor pendorongnya antara lain:
- Serangan kapal selam Jerman terhadap kapal sipil, termasuk tenggelamnya RMS Lusitania.
- Telegram Zimmermann, di mana Jerman mencoba mengajak Meksiko berperang melawan AS.
Kehadiran pasukan dan suplai AS menjadi penentu kemenangan Sekutu.
Akhir Perang dan Gencatan Senjata
Pada tahun 1918, Jerman melancarkan ofensif terakhir di Front Barat, namun gagal. Dengan kekuatan yang menipis, moral rendah, dan tekanan internal, Jerman akhirnya menyerah.
Tepat pukul 11 pagi, 11 November 1918, dunia akhirnya mendengar kabar damai. Penandatanganan gencatan senjata ini kemudian dikenang sebagai Hari Gencatan Senjata.
Perjanjian Versailles dan Akibatnya
Setelah perang, dunia menyaksikan Konferensi Perdamaian Paris (1919). Perjanjian Versailles menjadi dokumen utama yang mengatur kondisi pasca perang:
- Jerman dijadikan kambing hitam utama dan harus menanggung reparasi perang dalam jumlah besar.
- Wilayah Jerman diperkecil, kekuatan militernya dibatasi, dan seluruh koloninya diambil alih Sekutu.
- Liga Bangsa-Bangsa dibentuk untuk menjaga perdamaian dunia dan mencegah konflik global berikutnya.
Namun, banyak ahli sejarah menyebut bahwa isi perjanjian ini justru menciptakan ketidakpuasan yang akan meletus kembali dalam Perang Dunia II.
Korban dan Dampak
Perang Dunia I menewaskan lebih dari 17 juta orang (termasuk warga sipil) dan melukai lebih dari 20 juta lainnya. Selain korban fisik, dampak psikologis juga sangat besar, terutama karena penggunaan senjata kimia, trauma perang (shell shock), dan hilangnya generasi muda di Eropa.
Secara politik dan sosial, PD I membawa perubahan besar:
- Keruntuhan empat kekaisaran: Jerman, Austria-Hongaria, Rusia, dan Utsmaniyah.
- Munculnya negara-negara baru di Eropa Tengah dan Timur.
- Revolusi sosial dan politik, termasuk naiknya ideologi ekstrem seperti fasisme dan komunisme.
- Peran perempuan meningkat di dunia kerja dan publik.
Warisan Perang Dunia I
Perang Dunia I bukan sekadar masa lalu. Sampai sekarang, jejaknya masih terasa—mulai dari peta dunia yang berubah, sampai dinamika politik dan identitas nasional yang terbentuk dari reruntuhan konflik itu.
Monumen peringatan tersebar di seluruh dunia — sebagai pengingat atas dampak dahsyat perang dan pentingnya diplomasi dalam menjaga perdamaian.
Penutup: Pelajaran dari Sejarah
Perang Dunia I nggak sekadar soal strategi dan senjata. Tragedi itu menyadarkan dunia: perdamaian bisa runtuh kapan saja saat ambisi, dendam, dan ego kekuasaan mengambil alih akal sehat.
Dunia belajar bahwa kemajuan teknologi dan kekuatan militer tidak selalu membawa kemakmuran, tetapi juga bisa menjadi alat penghancur massal.
Kita mengenang sejarah bukan untuk mengungkit luka lama, tapi untuk memastikan luka itu nggak terulang. Dari sanalah tekad tumbuh—untuk menciptakan dunia yang lebih damai, adil, dan penuh rasa kemanusiaan.